tag:blogger.com,1999:blog-83594470962167970102024-02-18T23:51:19.383-08:00Keindahan Alam SekitarKeindahan Alam Sekitarhttp://www.blogger.com/profile/03800442992444869916noreply@blogger.comBlogger2125tag:blogger.com,1999:blog-8359447096216797010.post-76866323254955571292011-02-19T15:12:00.000-08:002011-02-19T15:12:54.867-08:00Puisi Tentang keindahan alamDan bukan karna,hujan,angin ataupun kemarau<br />
Pada peta perjalanan masa jahiliyah…<br />
Saat khilafah perjuangkan rakyat jelata<br />
Dan bukan karna,asa,siksa,ataupun jera<br />
Malaikat memjelma bagai seorang peminta<br />
<br />
Pagi, yang menghujamkan seribu bahasa<br />
Dimulai saat ejaan kata tak lagi mengisyaratkan wacana<br />
Tercucur sudah darah-darah mengalir di kediaman angan<br />
Menghela nafas…<br />
Embun terasa di kulit tangan..<br />
Menyelinap butiran-butiran harapan<br />
Pandanganku hanya tertuju pada langit…<br />
Tentang keteguhan,moral yang seakan dapat di bayar<br />
Nadi ku seakan merasuk otakku<br />
Teduh dalam kiasan..<br />
Sendu dalam lamunan..<br />
Embun itu merasuk hatiku…<br />
Apakah ini…bukan sekedar narasi<br />
Ataukah persepsi..<br />
Dari asa yang tertinggal…<br />
Dari hati yang berbekal…<br />
Pagi itu..hanya aku yang tau..<br />
Bunga mekar menakjubkan…<br />
Angin riang menyanyikan..<br />
Embun datang menyerukan<br />
Karna aku masih ada di suatu pagi<br />
Karna aku masih bisa bermimpi…<br />
<br />
<a name='more'></a><span style="color: blue;"> Puisi Tentang Taman</span><br />
Dedaunan hijau melambai tertiup angin<br />
denting suara bertalu diantara sunyi taman ini<br />
ragam jenis pohon yang jadi wajibku<br />
ragam perdu di balik ukir batu<br />
memberi celah sunyi untuk sang matahari<br />
dentingan bertalu-talu diantara pepohonan yang bisu<br />
hingga tertekan angin dari asap yang menggebu<br />
<br />
Dedaunan hijau runtuh merelakan kawan tua<br />
sesaat hingga suara-suara memberontak di kesunyian taman<br />
hingga mereka berdatangan diantara tanah batu ukir<br />
rindangnya alam taman terusir<br />
khayalku terhenti…..<br />
taman ini memintaku pergi<br />
seakan enggan tak dapat menampakkan lagi<br />
keasrian perlindungan sunyi<br />
yang mereka tawarkan padaku hingga pagi ini<br />
<br />
Aku pun beranjak pergi<br />
ketika sang pembawa pesan menawarkanku tuk kembali<br />
nanti berkhayal rindangnya sunyi<br />
paru-paru ibu pertiwi<br />
yang mereka bawa hingga mati dan tumbuh kembali<br />
meski nyata itu telah jauh pergi<br />
Aku berjanji untuk kembali<br />
mengingat kembali hijaunya ibu pertiwi..<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJPf1NIQtgvmKqLglTTE9zuKY2u0zNcoD0NHK4q8yQfD-tAlvW4t9PX77nfnGT3QKHIVXHq93SSI0qo3H0cMdWG2kSdkJQifo1DWv7j8pk3AghjXpLAtdRB_ZBHB3WlLKgXC9OZONwt9FL/s1600/wawa.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJPf1NIQtgvmKqLglTTE9zuKY2u0zNcoD0NHK4q8yQfD-tAlvW4t9PX77nfnGT3QKHIVXHq93SSI0qo3H0cMdWG2kSdkJQifo1DWv7j8pk3AghjXpLAtdRB_ZBHB3WlLKgXC9OZONwt9FL/s1600/wawa.jpeg" /></a></div><br />
<br />
<span style="color: blue;">Sajak alam</span><br />
Begitu indahnya kehangatan dan keakraban alam<br />
Pohon dan rumput menyambutku dengan tarian..<br />
Aspal dan kerikil-kerikil kecil tersenyum melihatku datang…<br />
Sentuhan hangat sang mentari,<br />
<br />
desahan genit sang angin yang bersiul menggoda<br />
Tatapan sang Bulan dan Bintang yang ramah menemani<br />
Tuhan betapa Indahnya semua ini,<br />
Izinkan aku bercekrama dengan mereka dibawah langit MU yang biru<br />
Untuk mensyukuri setiap detik nikmat dan karunia yang telah Kau berikan..<br />
-sajak untuk para pe touring sejati- <br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLzT3chJfxxKW1nNc3fzZn0tXFHy2S4HwSitb0OMaGy8onRNwHjVR6gGKTMRatMNegR22HNCtu3UqqpJoz4LFi1D_KN0rVFBahmbZQIk6G3oyPJMO-H607YRn1MJuR1oo9NsZS7SSogH2z/s1600/2.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLzT3chJfxxKW1nNc3fzZn0tXFHy2S4HwSitb0OMaGy8onRNwHjVR6gGKTMRatMNegR22HNCtu3UqqpJoz4LFi1D_KN0rVFBahmbZQIk6G3oyPJMO-H607YRn1MJuR1oo9NsZS7SSogH2z/s1600/2.jpeg" /></a></div>Keindahan Alam Sekitarhttp://www.blogger.com/profile/03800442992444869916noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8359447096216797010.post-65165374447649090962011-02-19T14:39:00.000-08:002011-02-19T14:39:34.235-08:00Kumpulan Puisi²Bagi yang mau melihat puisi-puisi untuk anak, kami melampirkan beberapa puisi karya tokoh-tokoh sastra seperti A. Hasjmy, Chairil Anwar, Sastrowardoyo, Suliestiowaty, Korrie Layun Rampan.<br />
<br />
<br />
<strong style="color: blue;">FAJAR</strong><br />
<br />
Membayang gilang langit di timur,<br />
Kilat-kemilat caya berhambur,<br />
Sinaran terang simbur-menyimbur,<br />
Lenyap melayang udara kabur ….<br />
Ituu gerangan fajar menjelma,<br />
Surya raya turun ke dunia;<br />
Girang-gemirang segala sukma,<br />
Dihibur alam puspa warna.<br />
Tapi … wahai … pondokku kelam,<br />
Hari ‘fah pagi, serupa malam …. Tiada cahaya masuk ke dalam;<br />
Entah karena dindingnya rapat,<br />
Entahkan pintu terkunci erat,<br />
Beta tak tahu, beta tak ingat ….<br />
<br />
Karya: A. Hasjmy<br />
<em>(Pedoman Masjarakat Th. II, No. 20, 22 Juni 1936, hlm. 390)</em><br />
<br />
<strong style="color: blue;">AKU</strong><br />
<br />
Kalau sampai waktuku<br />
‘ku mau tak seorang ‘kan merayu Tidak juga kau<br />
Tak perlu sedu sedan itu<br />
Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang<br />
Luka dan bisa kubawa berlari Berlari<br />
Hingga hilang pedih peri<br />
Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi<br />
Karya: Chairil Anwar<br />
<em>(Aku Ini Binatang Jalang [Pamusuk Eneste, Ed.], 0 Jakarta: Gramedia, 1986)</em><br />
<em><a name='more'></a></em><br />
<strong style="color: blue;">MATAHARI SUDAH TUA</strong><br />
<br />
Waktu langit mulai suram<br />
nelayan telah berhenti menjala<br />
dan di pinggir kampung perempuan-perempuan dengan bayi dipangku<br />
bercerita tentang raja-raja yang tumbang dan api gunung yang tidak lagi menyala<br />
Pengembara asing yang terdampar di pulau bertanya: Dari mana kita berasal, ke mana bakal pergi?<br />
Matahari sudah tua<br />
Apa yang terjadi<br />
jika is tenggelam ke laut dan tak terbit lagi?<br />
Karya: Sastrowardoyo<br />
<em>(Dan Kematian Makin Akrab, Jakarta: Grasindo, 1995)</em><br />
<strong><br />
<span style="color: blue;">KEMARAU</span></strong><br />
<br />
Sungai-sungaiku kering<br />
Melatiku layu<br />
Dan rumput pun kecoklatan Bilakah engkau pergi?<br />
Agar semua berseri kembali Sejak kehadiranmu<br />
Ternak tak ada yang merumput Margasatwa enggan berdendang Dan debu jalanan<br />
Menyesakkan nafas<br />
Karya:Suliestiowaty<br />
<em>(Cemerlang 111/5, 1978)</em><br />
<br />
<div style="color: blue;"><strong>DAMAR</strong></div><br />
Sesuai dengan namaku<br />
Memang pohonku menghasilkan damar Yang bernilai niaga tinggi<br />
Sebagai ekspor Indonesia ke luar negeri<br />
Nama ilmiahku Agathis dammara Termasuk suku Araucariaceae Pohonku cukup tinggi<br />
Dengan diameter sekitar 170 senti<br />
Sering juga aku disebut Agathis loranthifolia Tumbuhku di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi Menyebar ke Maluku dan Irian Jaya<br />
Tumbuhku di hutan primer yang murni<br />
Berat jenisku hanya 0,40 saja<br />
Sehingga aku sering diawetkan dengan bahan kimia Tetapi lihatlah teras dan gubalku<br />
Indah berwarna kuning muda<br />
Jika kayuku telah dikeringkan Warnaku tampak coklat keemasan Ada juga yang coklat merah jambu<br />
Sungguh indah di antara segala jenis kayu<br />
Sebagai panil-panil di dalam rumah Aku memang indah<br />
Sebagai finir dan rangka pintu Pilihlah aku<br />
Sebagai kayu lapis<br />
Aku sungguh tampak manis Sebagai alat olah raga<br />
kayuku memang tak bercela<br />
Dan sebagai bahan alat musik<br />
Sebagai batang korek api<br />
Aku balk sekali<br />
Bagus juga sebagai potlot dan bahan kertas Apalagi untuk perabotan rumah tangga<br />
Aku selalu dipuja!<br />
Karya: Korrie Layun Rampan<br />
(Pohon-pohon raksasa di rimba nusantara: kumpulan puisi anak-anak)Keindahan Alam Sekitarhttp://www.blogger.com/profile/03800442992444869916noreply@blogger.com0